Labels

Cari di blog ini

Cerpen Jadul Jaman SMA

We are SAMBA - Prolog

Silakan Ngomen
Edited by Adlism
Aku: "Apa itu kenangan, buat kalian?"
Ina : "ya ga mungkin lah disebutin satu satu"
Aku: "Bukan apa saja kenangan kalian, tapi buat kalian, kenangan itu apa sih?"
Opik: "Kenangan itu, masa lalu.." #sepi
May: "Kenangan itu, ibarat bunga"
Ina: "Kenangan itu, pelajaran, blabla ##dst gw lupa penjelasannya"
Irfan: "buat aku, ketika aku mendengar kata kenangan, yang muncul cuma satu kata, Ina"
O(≧∇≦)O

***

Aku masih ingat kakakku, sebenernya anak uwaku, dulu bilang waktu aku baru lulus SMP dan masih hanyut dalam kenangan dinamika SMP, "nanti juga kenangan SMP kamu akan kalah dengan kenangan SMAmu yang lebih indah, seperti halnya kenangan SDmu yang dulu kalah sama kenangan SMPmu sekarang". Benarlah demikian. Kini aku hampir tak bisa mengingat ramenya masa-masa SMP. Aku hanya ingat masa-masa SMA, setidaknya itulah kenangan yang paling rame dibanding kenangan di jenjang sebelumnya. Tapi anehnya kenangan di kampus tetap tidak mengalahkan kenangan SMA. Polanya tidak seperti yang sebelumnya.

Bagaimana tidak? Aku SMA di salahsatu pesantren di kota Tasikmalaya. Aku memaksa ibuku untuk mengizinkanku merantau kesana, mungkin karena dulu keinginanku untuk masuk Tsanawiyah selepas lulus SD tidak diamini. Di pesantren aku yakin dinamika sosialnya lebih kuat. Bayangkan setiap hari ketemu orang-orang yang itu-itu aja, satu asrama, satu kamar, satu kelas. Hampir tidak ada tirai yang bisa menutupi karakter setiap orang. Semua orang bisa melihat karakter asli temannya yang dalam waktu lama hidup bersama pastilah tidak akan dapat ditutupi. Kata orang, kalo pengen liat karakter asli seseorang, ajaklah ia berkemah atau camping di suatu tempat selama beberapa hari, hingga terasa sulitnya mencari makan dan beratnya perjalanan. Disitulah kita bisa melihat watak asli seseorang, dikala egonya sudah didesak oleh keperluan perut dan kelelahan tubuh. Di pesantren, kami tak perlu melakukan simulasi itu. Kami setiap hari ketemu, dari bangun tidur sampai disuruh tidur.

Ketika aku cerita tentang masa SMA pada seseorang, dia tidak akan merasakan kenangannya seperti yang aku rasakan, sekalipun dia mendengarkan dengan antusias, kecuali dia terlibat di dalam cerita itu. Setiap orang punya kenangannya sendiri, kenangan SMAnya masing-masing.

Orang yang tidak mampu bertahan menghadapi karakter teman hidup dan lingkungannya akan menyingkir dengan sendirinya. Maka yang tersisa adalah orang-orang yang bersatu padu, menerima apa adanya karakter temannya, dan saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Sampai akhirnya tiba, ketika detik itu adalah detik terakhir mereka berkumpul di satu atap, ketika itu adalah sholat terakhir mereka berjamaah, ketika itu potret terakhir yang diambil di depan latar kamar mereka, aku yakin, itulah ikatan terkuat yag pernah tersambung, ikatan yang hingga setiap kali kami bertemu di luar pesantren, rasanya jauh lebih kuat untuk erat memeluk dan lekat memandang. Karena kami sudah tidak lagi seatap hari ini, tidak lagi makan sebaskom bareng-bareng, tidak lagi berebut kamar mandi dan wc, tidak lagi ngabring ketika berangkat ke kelas. Tapi, dinamika sebenarnya baru saja dimulai. Dinamika kehidupan yang menjadi ujung tombak keselamatan mereka di kehidupan selanjutnya.

Nyatanya, pesantren yang dengan segala kekurangan, cela, dan ketidaksempurnaan, hanyalah simulasi dari lingkungan sebenarnya yang jauh lebih keras, jauh lebih rusak, dan jauh lebih menantang.

Kehidupan baru saja dimulai.

0 tanggapan:

Posting Komentar

terima kasih sebelumnya untuk tanggapannya ^_^