Labels

Cari di blog ini

Daily Refleksi

Bukankah ini Hidup

Silakan Ngomen
Seberapa sering kita bekerja keras banting tulang banting hape demi mencari sesuap nasi atau segumpal emas? Seberapa lama kita dilanda kejenuhan dalam bekerja sampe-sampe lupa bagaimana caranya menikmati hidup? Atau, kita memang tidak tau bagaimana caranya mensyukuri kehidupan?

Apakah setiap hari kita tidak pernah lepas dari ketegangan? Ga di kantor ga di kampus ga di rumah. Apakah mesti seperti itu seterusnya? Seingatku, bukankah Allah memerintahkan kita untuk tumaninah dalam sholat, meresapi makna ayat saat mengaji, bersyukur dan bersabar dalam hidup, melainkan supaya kita hidup dalam ketenangan?

Saya sudah 5 tahun kuliah, belum lulus. Dalihnya kuliah sambil kerja. Sampai saat ini kuliah belum kelar, penghasilan dari kerjaan juga kadang ga bisa nutupin kebutuhan hidup tiap bulannya. Nah, dari sini saya bisa lihat, ada statement penghasilan tidak mencukupi kebutuhan hidup. Kalo memang tidak mencukupi, kenapa sampai sekarang masih hidup ya?? Kalo ternyata masih bisa hidup, kenapa harus bersusah hati mikirin yang ga/belum bisa dicapai? Oke, kesimpulannya memang, kebahagiaan datang dari kesadaran hati untuk berbahagia. Karena hal yang sama akan terus terulang meskipun penghasilan sudah melebihi gaji presiden.

Mungkin bukan kebutuhan hidup yang tidak terpenuhi, tapi keinginan hidup. Kalo bicara keinginan, maka akan banyak sekali keinginan yang ingin dipenuhi, tidak akan habis dan tidak akan pernah cukup uang sebanyak apapun. Jadi solusinya memang bagaimana kita bisa mensyukuri apa yang bisa didapat dan apa yang belum bisa didapat.

Lho, kok yang belum bisa didapat juga disyukuri? Ya iya lah, kalo yang belum bisa didapat itu tidak disyukuri, bagaimana kita bisa menikmati hidup? Bukankah yang sekarang sudah didapat itu dulunya masih diingini? Dan bukankah lebih banyak lagi yang kita dapat yang tidak pernah kita minta? Dengan mensyukuri apa yang ada, berarti kita menikmati sesuatu yang dulunya belum ada. Dengan mensyukuri apa yang belum didapat, berarti kita meyakini setiap apa yang diingini juga akan kita dapatkan. Kita senang dan bahagia sebenarnya karena kita menikmati 'saat-saat' kita mendapatkan sesuatu, bukan karena kita mendapatkan sesuatu. Maka mensyukuri sesuatu yang belum didapat itu menjadi penting karena kita sudah mampu berbahagia sekalipun itu sesuatu tidak pernah kita dapatkan.

Tanpa kesyukuran maka kita akan selalu mengejar apa yang kita inginkan. Maka waktu pun habis untuk mengejar ini itu yang belum didapat dan belum didapat. Kita sampai lupa meluangkan waktu untuk bermain bersama anak dan istri. Kita lupa untuk makan bareng dengan orang tua. Kita lupa untuk menikmati pagi dengan berolahraga. Kita lupa menikmati keindahan pemandangan dari atas gunung atau dari pinggir laut. Kita lupa senangnya nonton kartun. Kita lupa menyegarkan otak dengan menggambar dan mewarnai, bermain musik sekalipun tidak bisa, atau bermain game. Kita lupa merasakan lapangnya hati ketika menjenguk teman atau sodara yang sakit, atau sekedar berkunjung dan bersenda gurau.

Jadi apa kesimpulannya?

0 tanggapan:

Posting Komentar

terima kasih sebelumnya untuk tanggapannya ^_^