Labels

Cari di blog ini

Bisnis Kewirausahaan

Menentukan Strategi Bisnis Berdasarkan Prioritas Kebutuhan Pasar

Silakan Ngomen
Bisnis berarti menjalankan seperangkat usaha untuk membuat atau mendistribusikan suatu produk atau jasa dalam rangka mengisi kebutuhan sekelompok orang sehingga mendapatkan manfaat profit dari usaha tersebut. Itu artinya untuk melakukan bisnis, terlebih dulu kita harus menentukan kebutuhan pasar apa yang ingin kita penuhi. Kebutuhan pasar berdasarkan prioritas pemenuhannya, terbagi menjadi tiga kelompok utama: kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier/luxury.

Ketika manusia memenuhi kebutuhan hidupnya, maka tiga level kebutuhan tersebut berlaku. Orang akan terlebih dahulu memenuhi kebutuhan primer untuk bertahan hidup, baru kemudian kebutuhan sekunder dan kemudian kebutuhan tersier. Kebutuhan primer mencakup segala hal yang mempengaruhi kelangsungan hidup seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, dan pendidikan. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan pelengkap menunjang efektifitas dalam hidup tapi tidak berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan hidup dan dipenuhi setelah kebutuhan primer terpenuhi, seperti transportasi, informasi dan hiburan. Kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang akan dipenuhi setelah kebutuhan sekunder terpenuhi, mencakup segala hal yang lux/mewah.

Sedangkan berdasarkan Abraham Maslow, hierarki kebutuhan digambarkan seperti diagram berikut:



Baik konsep kirarki kebutuhan dasar maupun yang dikemukakan oleh Maslow, keduanya menggambarkan fakta bahwa semakin tinggi kebutuhan, maka semakin sedikit jumlah pasar. Atau dengan kata lain kebutuhan yang lebih bawah memiliki jumlah pasar yang lebih besar dari level kebutuhan yang di atasnya. Fakta inilah yang ingin saya tunjukkan sebagai salah satu patokan utama dalam merancang strategi usaha.

Maaf, bersambung..


Bisnis Kewirausahaan Nyankod

Analisis SWOT - Contoh Analisis

Silakan Ngomen
Salahsatu referensi yang bagus menjelaskan tentang analisis SWOT bisa dilihat di artikel berikut http://www.academia.edu/5090849/Pengertian_analisis_SWOT. Pada tulisan kali ini saya akan langsung membahas contoh implementasi analisis SWOT untuk Nyankod. Tulisan ini sebenernya off the record. Tapi karena keperluan kuliah saya di mata kuliah kewirausahaan, jadi saya akan posting dalam rentang waktu yang terbatas.

Dalam artikel pada link di atas dijelaskan, nenurut Fredy Rangkuti, salahsatu pakar SWOT Indonesia, "analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antara unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman”. Dari sini ada dua langkah dalam analisis SWOT, yaitu 1) mengidentifikasi strength, weakness, opportunity dan threat dari perusahaan, dan 2) menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor internal dan eksternal untuk menghasilkan strategi bisnis.

Identifikasi SWOT Nyankod

Bisnis Kewirausahaan

Analisis SWOT - Pentingnya Mengenali Diri dan Lingkungan

Silakan Ngomen
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threat). (disadur dari http://daps.bps.go.id/file_artikel/66/Analisis%20SWOT.pdf)

Intermezzo

Saya pencinta batagor. Hampir tiap jalan-jalan kemana gitu, saya cari tukang batagor dekat situ dan mencicipinya. Suatu hari, saya lagi jalan-jalan ke BEC Bandung. Saya lalu lapar dan pengen beli batagor. Sayangnya batagor langganan saya di sekitar situ udah tutup karena di tempat mangkalnya mulai dibangun gedung baru. Akhirnya saya cari tukang batagor lain, kebetulan di seberangnya juga ada satu tukang batagor lagi yang kualitas dan harganya ga jauh beda. Entah karena saat itu lagi hujan atau faktor apa yang saya lupa, saya akhirnya nyampe di tukang batagor yang agak bergeser lokasinya, bukan yang saya maksud barusan. Okelah saya beli disitu, mungkin emang rejeki si mang batagor yang ini. Saya beli satu porsi batagor kuah. Dan, cukup mengecewakan. Karena menurut saya penyajian batagor yang ini ga memenuhi standar, paling tidak standar dagang antar batagor di sekitar situ. Bayangin aja, batagornya dingin, kuahnya juga hangat, ga panas. Terus gitu, keruh lagi kuahnya, cuma kayak air pake bumbu penyedap. Ga pake bawang, ga pake seledri. Minta sambel juga habis katanya. Polos pokoknya, cuma air dan batagor. Dalam hati sempat menggerutu juga, tapi kalo begitu terus, artinya saya ga bersyukur dong, batagor pun ga bisa dinikmati. Okelah saya habisin tanpa banyak mikir. Abis itu, saya bayar, dan harganya 8 ribu. Gerutuan saya naik lagi ke permukaan. Saya bilang,  "delapan ribu? biasanya juga enam ribuan mang..". Si mang batagor jawabnya karena harga tahu lagi naek. Okelah, mau gimana lagi, batagor udah masuk perut. Salahnya saya mestinya nanya dulu harganya di awal. Itu kebiasaan buruk yang mesti dirubah.

Besoknya kebetulan saya ke BEC lagi. Kali itu saya beli batagor yang satu lagi yang saya maksud di awal. Nah yang itu sesuai standar. Maksud saya, pas lah komposisinya. Batagornya panas, kuahnya juga panas, ada bawang goreng dan seledri. Sambelnya pedes dan unlimited lagi, Seger kan? Dan tebak berapa harganya? Yap, masih 6 ribu. Dalam hati kasian juga ama penjual batagor yang kemarinnya saya beli. Apa dia bisa berkompetisi dengan kondisi dia yang sekarang. Mudah-mudahan dia cepat belajar.

SWOT

Kembali ke pembahasan awal. Intermezzo di atas nanti akan saya singgung di bawah.

Ada 4 variabel analisis, diantaranya adalah strength, weakness, opportunity dan threat. Strength dan weakness atau kalo diartikan menjadi kekuatan dan kelemahan, adalah faktor internal sebuah bisnis. Sedangkan opportunity dan threat yang artinya peluang dan ancaman/tantangan, adalah faktor eksternal dari sebuah bisnis. Keempat faktor ini mesti dicari dan diuraikan, karena 4 faktor inilah yang mempengaruhi secara langsung terhadap kesuksesan sebuah usaha, apapun usahanya.

Setelah kita mampu mendefinisikan keempat faktor tersebut dalam usaha kita, maka boleh dibilang kita sudah tau dimana dan bagaimana kedudukan kita sekarang. Setelah kita mengenali kondisi usaha kita barulah kita dapat merancang strategi untuk mencapai tujuan dari usaha kita. Kalo kita ga tau apa kekuatan kita, kelemahan kita, peluang apa yang ingin kita manfaatkan, dan tantangan apa yang mesti kita lalui, lalu tiba-tiba kita buka usaha, besar kemungkinan usaha kita akan gagal. Kenapa? Karena membuka usaha berarti membuat produk atau jasa dalam kondisi ketidakpastian yang ekstrem. Kalo kita ujug-ujug membuat produk, bagaimana kita yakin produk kita dapat diterima oleh pasar? Kalo bisa diterima, apakah produk kita benar-benar bermanfaat buat pelanggan? Lebih jauh lagi, adakah produk lain yang sejenis yang kualitas dan harganya lebih bisa diterima daripada produk kita? Apakah kita bisa bikin produk tersebut dengan kualitas yang lebih bagus? Banyak pertanyaan-pertanyaan semacam itu yang harus kita jawab terlebih dahulu sebelum memulai usaha. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu ga akan kejawab kalo kita ga tau bagaimana posisi kita saat ini, bagaimana kondisi kita dan apa sebenarnya yang akan kita tuju dengan bisnis kita.

By the way, saya termasuk orang yang setuju dengan pernyataan "udah ga usah banyak mikir, buka aja sono usahanya, kalo udah dibuka, baru dipikirin lagi". Buka aja usaha, jangan dipikirin mulu tapi ga pernah direalisasikan. Tapi inget, tetep harus dipikirin, apalagi kalo udah dibuka usahanya. Kalo engga, nanti kasusnya sama kayak cerita penjual batagor di atas. Dia ga tau seperti apa kebutuhan pelanggan yang sebenarnya, dia juga ga tau kondisi pesaing. Saya yakin mestinya dia bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan kompetisi. Dia gagal (pada saat itu) karena dia tidak tau apa kekuatan dan kelemahan dirinya untuk dapat bersaing. Dia bahkan ga tau bagaimana kondisi persaingan batagor di sekitar situ. Hanya buka, dan tunggu pelanggan. Kalo ga segera belajar dan berfikir lagi, saya yakin akan semakin banyak potensi pelanggan baru yang kecewa dan ga akan datang lagi kesitu.

Bersambung ke bagian dua Analisis SWOT - Contoh Analisis :)
Nonton Tafakur

Nyata atau Mimpi? (Nonton Inception)

Silakan Ngomen
sumber: http://www.dudeiwantthat.com/gear/gadgets/Inception-Totem-1382.jpg
Inception yang saya maksud adalah salahsatu film yang dibintangi Leonardo de Caprio (maap kalo salah nulis namanya ya, Le), yang bercerita tentang bagaimana manusia dapat menanamkan ide ke bawah sadar seseorang dengan memasuki mimpinya, kira2 seperti itu. Diceritakan bahwa manusia dapat bermimpi, bermimpi di dalam mimpi, begitu seterusnya. Ada relativitas waktu antar setiap lapisan mimpi. Satu jam di alam mimpi sama dengan lima menit di dunia nyata. Kalo tertidur di dalam mimpi tersebut misalkan selama satu jam, kemudian bermimpi lagi, maka mimpi di lapisan kedua akan berjalan selama 12 jam, dan begitu seterusnya untuk lapisan mimpi yang lebih dalam.

Si Leonardo ini ternyata sudah pernah bermimpi di lapis keempat. Artinya, dia bermimpi, kemudian di mimpinya itu dia bermimpi lagi, lalu di dalam mimpinya dia bermimpi lagi, dan di dalam mimpinya dia bermimpi lagi. Gitulah, ga perlu diitung berapa lama waktu yang dia habiskan untuk hidup di mimpi terdalamnya. Kalo mau lebih detail silakan nonton ehehe.. Disini saya bakal bahas ending filmnya, karena emang itu hal terkait yang ingin saya bahas di tulisan ini. Kalo belum nonton dan ga mau tau spoilernya, silakan nonton dulu baru lanjut lagi bacanya.

Akhir ceritanya ternyata si Leonardo masih di alam mimpi. Hal itu ditunjukkan oleh gasing yang dia putarkan di atas meja, yang kemudian dia tinggalkan karena melihat kedua anaknya menampakkan wajah mereka, sehingga si Leonardo merasa sudah yakin bahwa itu bukan lagi mimpi. Dia pergi menghampiri anak-anaknya dan meninggalkan gasing itu yang ternyata terus berputar. Kan asumsi yang dikemukakan di awal cerita itu, kalo gasingnya terus berputar selamanya berarti dia masih ada di alam mimpi. Udah ue habis filmnya. Kesimpulan akhir ceritanya diserahkan kepada penonton. Dalam beberapa kasus film, terkadang ini mengesalkan, karena secara umum orang pengen ending yang bahagia tiap kali nonton film. Tapi ending film Inception ini benar2 menggelitik saya buat berkhayal lagi sesudahnya.

Ending yang menurut saya mungkin, itu paling tidak ada dua. Pertama dia kembali pada gasingnya dan menyadari kalo ternyata dia masih berada di alam mimpi. Dari situ anggap saja dia akan bereaksi untuk mati di mimpi itu supaya bisa bangun atau menerima mimpi itu sebagai realita yang akan dia jalani. Kemungkinan kedua, dia tidak pernah menemukan gasing itu lagi, apakah karena ketemu duluan ama bapaknya atau anaknya, atau jatuh, atau skenario lain yang intinya dia menganggap dia sudah di alam nyata (yang padahal masih di alam mimpi) dan menjalani kehidupannya sampai dia mati.

Andai dia menjalani sisa hidupnya di mimpi tersebut dan kemudian mati, maka dia akan terbangun dari mimpi tersebut, dan kembali ke kehidupan nyata atau mimpi yang lebih atas yang kita tidak pernah tau, karena emang di awal posisi levelnya adalah selevel dengan dia di akhir cerita, yang ternyata mimpi. Jadi kita ga bisa mengasumsikan dia sedang berada di level mimpi keberapa karena emang ga ada petunjuk. Mungkin dia ada di level teratas mimpi yang setelahnya adalah kehidupan nyata, atau mungkin ada di level mimpi ke-(n-k) yang di atasnya masih level mimpi ke-(n-k+1) dengan n=0 yang artinya kehidupan nyata dan k=level mimpi yang kita ga dikasih tau oleh si sutradara.

Tapi, sedalam apapun level mimpi si Leonardo, artinya dia bermimpi lalu menjalani hidup sampai mati, lalu terbangun ke mimpi di level di atasnya, lalu dia menjalani hidup sampai mati, lalu terbangun ke mimpi yang di atasnya, dan begitu seterusnya sampai level teratas dengan nilai iterasi yang kita ga pernah tau, PASTI mesti ada mati yang terbangun ke kehidupan nyata. Begitu kan? Nah pertanyaannya sekarang adalah, setelah dia terbangun ke kehidupan nyata, lalu menjalani hidup sampai mati, kira2 terbangunnya ke alam mana ya? Andaikata alam nyata yang kita maksud tadi ternyata adalah mimpi (sama seperti asumsi si Leonardo yang menganggap dirinya sudah terbangun ke alam nyata yang ternyata mimpi), pertanyaan selanjutnya adalah mana yang merupakan alam nyata yang sebenarnya?? Toweew.. mind blowing..

Saya ulangin lagi pertanyaannya. Jadi sebenarnya alam nyata yang sebenarnya itu yang mana? Oke, anggap saja pembahasan tentang Inception tadi berakhir. Tapi toh, kita juga bermimpi kan ketika tidur. Kita seringkali menganggap mimpi kita itulah kenyataan. Kita baru menyadari bahwa kita itu bermimpi setelah kita terbangun. Setelah terbangun, kita baru nyadar kalo mimpi kita itu aneh, tidak realistis, yang padahal kita terima segala hukum fisika dan lain-lain yang ada di alam mimpi ketika kita bermimpi. Singkatnya, kita menghayati kehidupan di dalam mimpi itu sebagai realita pada saat kita bermimpi.

Sekarang Kamu lagi baca tulisan ini. Kamu merasa kamu sedang berada di alam nyata. Kamu meyakini semua hukum fisika dan lain-lainnya, dan menjalani kehidupan kamu sekarang. Bukankah itu hal yang sama yang kamu alami seperti saat kamu bermimpi? Kamu mungkin akan menjawab, bahwa alam nyata dan mimpi itu bisa dibedakan. Kita akan berdalih, ketika mimpi, ada bagian2 cerita yang ga realistis, bagian2 yang terpotong, yang ga bisa diingat, yang terlalu singkat, dan sebagainya. Saya katakan bahwa dalih tersebut muncul saat kamu berada di dunia nyata yang kamu maksud. Kamu menilai tentang mimpimu dari alam nyata. Kalo kamu menilai mimpimu dari alam mimpi, mungkin ceritanya akan beda, kamu akan menilai mimpi itu sebagai sebuah realita, alam nyata.

Tapi adakalanya ketika bermimpi, kita sadar bahwa kita sedang bermimpi. Kesadaran tersebut muncul karena ada perbandingan dengan alam nyata. Kita sadar kita bermimpi karena pada saat itu kita sudah tau seperti apa sebenarnya alam nyata itu. Nah, sampai titik ini, bisa ga kita katakan 'adakalanya' tersebut di alam nyata yang kita? Bisa ga kita sadari bahwa alam nyata yang kita maksud sekarang ini ternyata adalah mimpi? Atau dengan kata lain, andaikata alam nyata ini ternyata mimpi, bisakah kita menyadari bahwa kita sedang bermimpi? Saya katakan BISA, ketika kita sudah terbangun dari mimpi dan merasakan alam nyata yang sesungguhnya sebagai pembanding. Kapan kita bangun? Ya nanti kalo udah menjalani hidup dan mati.

Sebelum saya tutup, saya pengen mengutarakan testimoni saya tentang mimpi. Ketika saya mimpi, saya merasa mimpi saya itu pendek. Tau-tau sudah shubuh lagi. Hal ini nampak berkebalikan dengan konsep yang dijelaskan di film Inception. Tapi sebenarnya sama. Kalo dibandingin rentang waktu, pada saat mimpi, kita ngerasa lama di dalam mimpi. Tapi kita merasa mimpi itu pendek karena kita membandingkan mimpi kita dengan kehidupan nyata. Misalkan di mimpi kita bertualang, mungkin seharian atau berhari-hari. padahal kita tidur cuma 2-3 jam. Tapi kalo tidur malam, begitu bangun dari mimpi, kita ngerasa mimpi kita itu pendek. Mungkin lebih tepatnya kita merasa "perasaan baru tadi aja saya tidur jam sembilan malem, eh udah azan shubuh lagi". Padahal kita udah tidur 8 jam dan sudah berpetualang di alam mimpi, cuma kita ga inget aja alur dan terutama durasi mimpi kita.

Oke, saya akan menutup pembahasan ini dengan satu ayat alQuran yang senada dengan pembahasan saya. Jangan anggap tulisan di atas sebagai tafsir karena saya bukan ahli tafsir. Anggap saja hasil asosiasi dari berbagai pengetahuan dan asumsi yang ada di dalam pikiran saya. Ini ayat terakhir dari surat anNazi'at.

Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.