sumber: http://www.dudeiwantthat.com/gear/gadgets/Inception-Totem-1382.jpg |
Si Leonardo ini ternyata sudah pernah bermimpi di lapis keempat. Artinya, dia bermimpi, kemudian di mimpinya itu dia bermimpi lagi, lalu di dalam mimpinya dia bermimpi lagi, dan di dalam mimpinya dia bermimpi lagi. Gitulah, ga perlu diitung berapa lama waktu yang dia habiskan untuk hidup di mimpi terdalamnya. Kalo mau lebih detail silakan nonton ehehe.. Disini saya bakal bahas ending filmnya, karena emang itu hal terkait yang ingin saya bahas di tulisan ini. Kalo belum nonton dan ga mau tau spoilernya, silakan nonton dulu baru lanjut lagi bacanya.
Akhir ceritanya ternyata si Leonardo masih di alam mimpi. Hal itu ditunjukkan oleh gasing yang dia putarkan di atas meja, yang kemudian dia tinggalkan karena melihat kedua anaknya menampakkan wajah mereka, sehingga si Leonardo merasa sudah yakin bahwa itu bukan lagi mimpi. Dia pergi menghampiri anak-anaknya dan meninggalkan gasing itu yang ternyata terus berputar. Kan asumsi yang dikemukakan di awal cerita itu, kalo gasingnya terus berputar selamanya berarti dia masih ada di alam mimpi. Udah ue habis filmnya. Kesimpulan akhir ceritanya diserahkan kepada penonton. Dalam beberapa kasus film, terkadang ini mengesalkan, karena secara umum orang pengen ending yang bahagia tiap kali nonton film. Tapi ending film Inception ini benar2 menggelitik saya buat berkhayal lagi sesudahnya.
Ending yang menurut saya mungkin, itu paling tidak ada dua. Pertama dia kembali pada gasingnya dan menyadari kalo ternyata dia masih berada di alam mimpi. Dari situ anggap saja dia akan bereaksi untuk mati di mimpi itu supaya bisa bangun atau menerima mimpi itu sebagai realita yang akan dia jalani. Kemungkinan kedua, dia tidak pernah menemukan gasing itu lagi, apakah karena ketemu duluan ama bapaknya atau anaknya, atau jatuh, atau skenario lain yang intinya dia menganggap dia sudah di alam nyata (yang padahal masih di alam mimpi) dan menjalani kehidupannya sampai dia mati.
Andai dia menjalani sisa hidupnya di mimpi tersebut dan kemudian mati, maka dia akan terbangun dari mimpi tersebut, dan kembali ke kehidupan nyata atau mimpi yang lebih atas yang kita tidak pernah tau, karena emang di awal posisi levelnya adalah selevel dengan dia di akhir cerita, yang ternyata mimpi. Jadi kita ga bisa mengasumsikan dia sedang berada di level mimpi keberapa karena emang ga ada petunjuk. Mungkin dia ada di level teratas mimpi yang setelahnya adalah kehidupan nyata, atau mungkin ada di level mimpi ke-(n-k) yang di atasnya masih level mimpi ke-(n-k+1) dengan n=0 yang artinya kehidupan nyata dan k=level mimpi yang kita ga dikasih tau oleh si sutradara.
Tapi, sedalam apapun level mimpi si Leonardo, artinya dia bermimpi lalu menjalani hidup sampai mati, lalu terbangun ke mimpi di level di atasnya, lalu dia menjalani hidup sampai mati, lalu terbangun ke mimpi yang di atasnya, dan begitu seterusnya sampai level teratas dengan nilai iterasi yang kita ga pernah tau, PASTI mesti ada mati yang terbangun ke kehidupan nyata. Begitu kan? Nah pertanyaannya sekarang adalah, setelah dia terbangun ke kehidupan nyata, lalu menjalani hidup sampai mati, kira2 terbangunnya ke alam mana ya? Andaikata alam nyata yang kita maksud tadi ternyata adalah mimpi (sama seperti asumsi si Leonardo yang menganggap dirinya sudah terbangun ke alam nyata yang ternyata mimpi), pertanyaan selanjutnya adalah mana yang merupakan alam nyata yang sebenarnya?? Toweew.. mind blowing..
Saya ulangin lagi pertanyaannya. Jadi sebenarnya alam nyata yang sebenarnya itu yang mana? Oke, anggap saja pembahasan tentang Inception tadi berakhir. Tapi toh, kita juga bermimpi kan ketika tidur. Kita seringkali menganggap mimpi kita itulah kenyataan. Kita baru menyadari bahwa kita itu bermimpi setelah kita terbangun. Setelah terbangun, kita baru nyadar kalo mimpi kita itu aneh, tidak realistis, yang padahal kita terima segala hukum fisika dan lain-lain yang ada di alam mimpi ketika kita bermimpi. Singkatnya, kita menghayati kehidupan di dalam mimpi itu sebagai realita pada saat kita bermimpi.
Sekarang Kamu lagi baca tulisan ini. Kamu merasa kamu sedang berada di alam nyata. Kamu meyakini semua hukum fisika dan lain-lainnya, dan menjalani kehidupan kamu sekarang. Bukankah itu hal yang sama yang kamu alami seperti saat kamu bermimpi? Kamu mungkin akan menjawab, bahwa alam nyata dan mimpi itu bisa dibedakan. Kita akan berdalih, ketika mimpi, ada bagian2 cerita yang ga realistis, bagian2 yang terpotong, yang ga bisa diingat, yang terlalu singkat, dan sebagainya. Saya katakan bahwa dalih tersebut muncul saat kamu berada di dunia nyata yang kamu maksud. Kamu menilai tentang mimpimu dari alam nyata. Kalo kamu menilai mimpimu dari alam mimpi, mungkin ceritanya akan beda, kamu akan menilai mimpi itu sebagai sebuah realita, alam nyata.
Tapi adakalanya ketika bermimpi, kita sadar bahwa kita sedang bermimpi. Kesadaran tersebut muncul karena ada perbandingan dengan alam nyata. Kita sadar kita bermimpi karena pada saat itu kita sudah tau seperti apa sebenarnya alam nyata itu. Nah, sampai titik ini, bisa ga kita katakan 'adakalanya' tersebut di alam nyata yang kita? Bisa ga kita sadari bahwa alam nyata yang kita maksud sekarang ini ternyata adalah mimpi? Atau dengan kata lain, andaikata alam nyata ini ternyata mimpi, bisakah kita menyadari bahwa kita sedang bermimpi? Saya katakan BISA, ketika kita sudah terbangun dari mimpi dan merasakan alam nyata yang sesungguhnya sebagai pembanding. Kapan kita bangun? Ya nanti kalo udah menjalani hidup dan mati.
Sebelum saya tutup, saya pengen mengutarakan testimoni saya tentang mimpi. Ketika saya mimpi, saya merasa mimpi saya itu pendek. Tau-tau sudah shubuh lagi. Hal ini nampak berkebalikan dengan konsep yang dijelaskan di film Inception. Tapi sebenarnya sama. Kalo dibandingin rentang waktu, pada saat mimpi, kita ngerasa lama di dalam mimpi. Tapi kita merasa mimpi itu pendek karena kita membandingkan mimpi kita dengan kehidupan nyata. Misalkan di mimpi kita bertualang, mungkin seharian atau berhari-hari. padahal kita tidur cuma 2-3 jam. Tapi kalo tidur malam, begitu bangun dari mimpi, kita ngerasa mimpi kita itu pendek. Mungkin lebih tepatnya kita merasa "perasaan baru tadi aja saya tidur jam sembilan malem, eh udah azan shubuh lagi". Padahal kita udah tidur 8 jam dan sudah berpetualang di alam mimpi, cuma kita ga inget aja alur dan terutama durasi mimpi kita.
Oke, saya akan menutup pembahasan ini dengan satu ayat alQuran yang senada dengan pembahasan saya. Jangan anggap tulisan di atas sebagai tafsir karena saya bukan ahli tafsir. Anggap saja hasil asosiasi dari berbagai pengetahuan dan asumsi yang ada di dalam pikiran saya. Ini ayat terakhir dari surat anNazi'at.
Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.
0 tanggapan:
Posting Komentar
terima kasih sebelumnya untuk tanggapannya ^_^