Labels

Cari di blog ini

Family

Karena Doa Mama

Silakan Ngomen
Mama: Kalo mamah keluar kerja sekarang, uang pesangon mamah ga akan cair. Jadi mesti nunggu bulan depan resign-nya 
Toni: Mamah kejar apa lagi sih, kalo mamah keluar kerja sekarang pun Toni mampu buat gantiin gaji mamah! Ga perlu risau sama uang yang sedikit itu! 
Mama: Iya, Ni. Maafin mamah ya. Mamah mah kasian liat kamu punya nasib begini, ditinggal wafat istri dengan tiga anak. 
Toni: Ya udah makanya mamah keluar kerja aja. Udah waktunya resign. Tugas mamah main aja sama anak-anak 

Itulah sekilas percakapan kami di motor, malam hari ketika gerimis. Aku lupa kami habis dari mana. Aku lupa anak-anak lagi sama siapa. Yang pasti, itu beberapa hari setelah istriku meninggal. Berarti sekitar bulan desember, pekan ketiga atau keempat. Aku membonceng mamah. Air mataku masih berderai, tersamarkan dengan tetesan gerimis. Kucoba sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan suara isak atau getaran dada sedikitpun biar mamah ga usah tau kalo aku masih suka nangis. 

Sejak saat itu mamah akhirnya memutuskan untuk keluar kerja. Sudah 10 tahun beliau bekerja di sebuah pabrik garmen, sebagai tenaga keamanan. Sampai detik itu seingatku aku baru bisa kasih uang bulanan satu juta. Setelah istri wafat, hampir semua uang gaji bulanan kuberikan ke mamah. Karena Wildan dan Milki tinggal di rumah mamah, dan mamah sudah berhenti bekerja. Baru 2 bulan setelahnya gaji naik dan aku bisa kasih uang bulanan lebih besar dari nilai gaji mamah saat bekerja dulu. 

Sejak saat itu pula kulihat mamah semakin rajin baca alQuran dan shalat dhuha. Di akhir setiap sholatnya beliau berdoa cukup lama, sepertinya sangat khusyu, bahkan ketika Milki nangis manggil-manggil ambu (panggilan ke mamah buat anak-anak) pun mamah tetap tak bergeming, melanjutkan doa. Tangannya terangkat. Aku tak tahu doa apa yang beliau panjatkan. Tapi aku yakin ada namaku disana. 

Salah satu dorongan paling kuat untuk menikah lagi adalah karena aku yakin mamah sangat ingin melihat anak tunggalnya ini bahagia lagi dalam berumah tangga. Aku ingin membahagiakan mamah, dengan menikah lagi. Ketika sebagian orang mengatakan untuk membahagiakan dahulu anak-anak dan orang tua, justru aku berpikir diantara cara untuk membahagiakan mereka adalah dengan menghadirkan kembali sosok ibu bagi anak-anak, menantu bagi mamah. Sejak pemikiran itu muncul, aku akhirnya memutuskan untuk move-on dari dia-yang-in-syaa-Allah-sudah-tenang-bersama-Allah dan mulai melakukan pencarian.

Mamah pernah mendoakanku, supaya aku cepet dapet pengganti, yang lebih sholehah, yang bisa sayang sama anak-anak. Kukira setelah momen itulah aku mulai mendapatkan banyak jalan untuk bertemu dan dekat dengan seorang wanita. Sebenarnya aku sering bertemu dengan wanita ini, tapi cukup banyak lika-liku hingga akhirnya aku yakin untuk mendekatinya. Hingga detik aku menulis ini, aku semakin kenal dan semakin dekat dengannya, bahkan sudah berkunjung ke rumah keluarganya, aku yakin semua kemudahan itu tidak lepas dari doa mamahku. 

Jadi aku memutuskan menikah lagi demi mamah? Bagaimana dengan kebahagiaanku? Tentu saja, itu tidak perlu dimention. Aku sangat bahagia dengan perasaan yang Allah telah turunkan ke dalam hatiku, kepada wanita ini. Dan aku bersyukur mamah dapat menerima pilihanku, atau lebih tepatnya pilihan Allah untukku. Aku mengatakan kepada dia yang terpilih ini, kalau nanti setelah menikah aku harus tinggal bersama mamah. Kalaupun tidak serumah, minimal berdekatan dengan mamah. Aku satu-satunya anaknya yang bertanggung jawab atas hari tuanya. Alhamdulillah dia mampu menerimanya dengan baik. Itu satu hal yang sangat aku syukuri. 

Dua tahun lalu, saat lebaran, mamah pernah berbisik, kalau beliau ingin sekali berangkat umrah. Awal tahun 2020 kemarin aku sudah berhasil mengumpulkan uang untuk beliau berumrah, yang akhirnya habis juga dipakai usaha dan renov rumah dengan alasan Masjidil Haramnya juga ditutup karena pandemi. 

Aku tak tahu apakah Allah ingin aku menikah dahulu atau mengumrahkan mamah dulu. Keduanya sama-sama tidak ada daya bagiku, sedang Allah Maha Kaya. Sangat mudah bagi Allah mewujudkan keduanya sekaligus. Sekali lagi aku berpasrah atas skenario selanjutnya kepadaNya. Jadi kali ini, aku akan meminjam kekuatan doa mamah lagi, supaya aku disanggupkan untuk menikah secepatnya, dan juga mengumrahkan beliau secepatnya.

Semoga aku jadi anak yang dimampukan berbakti kepada mamah dan juga bapak, juga mamah dan bapak mertua. Oh ya, aku selalu menganggap setelah menikah aku jadi punya 4 ortu. Dan ketika nanti menikah lagi, aku akan jadi punya 6 ortu. Bagi sebagian kalangan, mertua adalah beban. Bagiku, itu adalah karunia.