Suasana mulai tegang, seperti biasa, kalo guru itu datang masuk buat ngajar di kelas saya. Tapi tegangnya cuma di awal, kesananya pasti lemes, lemes karena kami sekelas ga henti-hentinya ketawa gara-gara joke si pak guru. Ketawa kami ikhlas ko, kami ketawa dari perut kami yang paling dalam, bukan karena takut atau segan, tapi karena memang joke beliau mengalir begitu saja, tidak tampak dibuat-buat. Dan yang lebih aneh lagi, beliau sitdown comedy (karena pak guru itu melucu sambil duduk) tanpa beliaunya sendiri tertawa, tidak seperti beberapa komedian di tv yang memaksakan tertawa untuk merangsang penonton tertawa. Sekali lagi saya bilang, tidak pernah beliau tertawa ketika melucu, kecuali satu kali yang kami ingat, yang itu nanti saya ceritakan di lain waktu.
Tapi ini settingnya di awal mulai pelajaran. Semua siswa, termasuk saya, tidak berani mengobrol atau berbisik sekalipun. Paling tidak, kami tahan suara kami sampai selesai diabsen satu per satu. Mestinya berlalu dengan lancar, ketika tiba-tiba beliau memanggil satu nama diantara kami dengan nada lebih tinggi dan cukup keras untuk membuat dada saya berdegup sampai kerasa ke kepala. Tidak berteriak, tapi suasana sunyi membuat suaranya yang tegas terasa begitu nonjok.
"Nanang! Mau apa kamu?"
Nanang, salahsatu anggota kelas kami melongo kaget. Kami semua serempak melihat ke arah Nanang. Nanang kikuk, mungkin juga takut. Ada apa gerangan. Ia berupaya keras mengeluarkan suara untuk menjawab pertanyaan pak guru.
"Aa.. ada apa, Pak?"
Ia nampak berhati-hati menanya balik, sambil berpikir keras apa kira-kira yang sudah dia lakukan. Dia memang dikenal oleh guru-guru sebagai salahsatu siswa yang aktif, dalam artian suka melanggar beberapa aturan standar asrama dan sekolah, seperti merokok atau kabur dari asrama.
"Iya, kamu mau apa?" pak guru balik nanya lagi. Kali ini sambil sedikit mengangkat dagu.
Kami yang lain juga berpikir keras, apa gerangan yang sudah dilakukan Nanang sebelum ini. Seingatku dia sudah lebih baik dari hari-hari sebelumnya: udah jarang keliatan merokok, dan jarang keluar asrama. Aah, suasana ini adalah suasana yang tidak nyaman, terutama buat belajar.
Pak guru lalu nanya lagi, "Kamu mau lana bukan?"
"Ii..iya Pak."
"Iya, saya kan nanya, kamu mau apa? Maulana kan?"
"Ii..iya Pak."
Sontak kelas meledak oleh tawa. Nanang cuma mengusap-usap dadanya sambil melemaskan badan yang sedari tadi menegang. Cukup lama kami berisik dengan tawa, sampai kami sadar kalo pak guru ternyata masih di kursinya.
Oke, masih huruf N, mari tertib lagi. ~
Cari di blog ini
Cerpen
Jadul
Jaman SMA
Haha...
BalasHapusPasti ust.Jajang th
Tidak, tidak, iyah, bisa jadi.. :P
Hapus