Labels

Cari di blog ini

Daily Mikir Refleksi Tafakur

Keep Calm and Nikmati Interaksi

2 comments

Hadits ini adalah hiburan buatku, ketika aku lagi down terutama dalam mengatur diri dalam hal berinteraksi. Kamu mungkin tidak mengira tapi postinganku kemarin tentang senangnya berinteraksi adalah salahsatu bentuk sugesti diri untuk tetap semangat melangkah menuju perbaikan. Apapun masalah yang kamu hadapi, yakinlah pasti ada jalan keluar, meskipun jalan itu tak tampak karena terhalang semak. Itu nasihat buat diriku.

Aku yakin tidak ada orang yang tidak punya masalah dengan manusia lain. Sejatinya manusia memerlukan sesamanya untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, dalam hal apapun. Singkatnya manusia tidak bisa hidup sendiri, pun ketika ada fakta manusia yang mampu hidup sendiri di tempat yang sepi tanpa populasinya. Dan kau pun tau, masalah yang selama ini kau hadapi, jauuuh, jauh lebih sederhana dari apa yang dialami oleh orang yang paling sabar di dunia ini. Kau tau siapa?

Kau tau kisah seorang kelaki yang setiap harinya mendatangi seorang nenek buta di salah satu sudut pasar, dia membawa makanan dan menyuapi wanita tersebut. Dia tetap melakukannya sekalipun wanita itu senantiasa menghina dan memfitnah nama seorang lelaki yang nyatanya adalah dirinya sang lelaki. Tetapi lelaki itu tetap melakukannya, setiap hari, dengan penuh kelembutan, tanpa kebencian, hingga akhir hayatnya.

Seorang sahabat lelaki tersebut meneruskan kebiasaannya setelah ia wafat, mendatangi wanita tua nan buta tersebut, membawakan makanan dan menyuapinya. Sang wanita tua marah dan berteriak,

“Siapa kamu…!!!”

Sang sahabat menjawab, “Aku orang yang biasa“

“Bukan…!!! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku.” sahut sang wanita buta itu.

“Apabila ia datang kepadaku, tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan itu, baru setelah itu ia berikan makanan itu kepadaku.”

Mendengar itu sang sahabat menangis sambil berkata “Aku memang bukan yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad, Rasulullah SAW.”

Mendengar itu sang wanita tua nan buta menangis. Ia hampir tak percaya, lelaki yang selama ini dihinanya dan difitnahnya, adalah orang yang setiap hari memberinya makanan, menyuapinya, dengan cara yang sangat lembut. Sang wanita dan sahabat itu, Abu Bakar, larut dalam tangis, sekali lagi merasakan kehilangan seorang lelaki yang mereka kagumi, mereka sayangi dan ia menyayangi mereka. Tak ada manusia lain yang menandingi kesabaran dan kasih sayangnya kepada sesama manusia.

Mengingat sosoknya, sekalipun tidak pernah bertemu, memunculkan kerinduan dalam hati ini. Bahkan sesekali 'meragukan', benarkah ada orang seperti itu di dunia ini? Seketika pandanganku tertuju kembali pada diriku. Apakah aku bisa sedemikian sabar dan penuh kasih sayang seperti lelaki mulia itu? Atau aku hanya seorang yang senang menyendiri bersama komputer, menghabiskan hari demi hari tanpa meninggalkan sesuatu yang berharga bagi orang di sekitarku?

Mengingat dirinya yang indah membantuku mengembalikan semangat diri, untuk senantiasa melangkah, menjadi lebih baik dari diriku di hari yang lalu. Setiap kali ada konflik dengan manusia, aku selalu ingat satu pesan darinya, "Mu'min yang berinteraksi dengan masyarakat dan bersabar atas celaan mereka lebih baik daripada yang tidak berinteraksi dengan masyarakat dan tidak bersabar atas gangguan mereka." (arti dari tulisan di foto)

Siap! Aku menyambut nasihatmu, wahai manusia mulia, yang kemuliaannya datang dari Yang Maha Mulia. Aku masih berharap, bisa bertemu denganmu suatu saat nanti, meski dengan kondisi diri yang rasanya tak pantas untuk bersanding dengan dirimu. Terima kasih atas nasihatnya. Aku akan melanjutkan perjalanan.

2 komentar:

terima kasih sebelumnya untuk tanggapannya ^_^