Labels

Cari di blog ini

Daily kuliah Menulis Mikir Pendidikan Refleksi

4 Tipe Dosen

2 comments
Sudah 6 tahun hidup di kampus. Kalo ditambah cuti berarti udah 7 tahun. Fiuhh.. Ada banyak pengalaman yang bisa saya nikmati, yang kalo kata dosen saya, ada pengalaman dan manfaat yang lebih gede lagi kalo udah lulus. Fiuhh.. Anyway, saya menikmatinya. Saya melihat ini sebagai bagian dari jalan hidup saya, dengan sekelumit problematika dan pengalaman yang belum tentu dialami juga oleh orang lain. Kita bisa saja bilang, orang lain yang sudah lulus duluan tentunya punya pengalaman yang mungkin lebih wow. Ya, who knows kan? So, kalo orang lain bisa bersyukur dengan hidupnya, kenapa saya tidak? :)

Bicara mahasiswa, berarti erat kaitannya dengan dosen, orang yang mengajar mahasiswa. Setelah sekian lama kuliah, saya melihat ada beberapa pola menarik dari dosen secara khusus, atau pengajar pada umumnya. Pola yang saya maksud adalah tentang bagaimana dosen berinteraksi dengan mahasiswa, di dalam dan di luar kelas. Kalo Kamu pernah jadi mahasiswa, atau minimalnya siswa, Kamu pasti akan selalu bertemu dengan yang namanya dosen. Pasti lah. Inget ga dulu waktu SMP atau SMA, Kamu atau temen Kamu pernah bilang hal semacam ini: "Ah gue ga mudeng belajar matematika sama si Pak Anu, bawaannya ngantuk", atau "Yaelah, gimana bisa tenang belajar, si Ibu Anu itu dikit-dikit bentak, yang ada malah tegang". Kita terkadang atau seringkali mengomentari sikap dan cara guru kita mengajar, dan adakalanya juga menyalahkan guru kita atas kegagalan kita dalam belajar. Kita mungkin pernah berpikir, kita jadi tidak suka suatu mata pelajaran gara-gara gurunya begini begitu. Betul apa benar?

Sayangnya kalo kita terus-terusan kayak gitu, artinya menyalahkan guru atas kegagalan belajar kita, selamanya kita tidak akan pernah sukses. Saya yakin seyakin-yakinnya. Tapi saya juga yakin, semakin dewasa kita, kita akan sadar bahwa bagaimanapun kita menyalahkan dan mengutuk seorang guru, itu tidak akan pernah membuat kita lebih sukses. Guru akan tetap dengan kehidupannya, dan kita pun akan tetap dengan kegagalan hahaha.

Kalo udah jadi mahasiswa, kita udah ga bisa lagi ngerengek nyalahin guru kayak waktu dulu sekolah. Ga peduli kayak gimana dosen Kamu mengajar, Kamu mesti bisa survive dan tuntas belajarnya. Kalo kita kerjaanya cuma nyalahin dosen, sekencang apapun Kita berteriak mengutuk dosen yang ngajarnya ga becus, ingatlah dosen itu akan tetap dengan kehidupannya, dan Kita sampai kapanpun ga akan pernah lulus. Kita ga akan bisa mengubah orang lain. Kita hanya punya kendali pada diri kita sendiri. Kalo kasarnya sih, 'yang mau lulus itu siapa, elu apa dosen?'

Bertolak dari hal itu, mestinya kita mulai beralih sudut pandang kita terhadap pengajar. Kalo dulu waktu sekolah, kita mungkin memandang guru sebagai orang tua yang ada di sekolah yang punya banyak ilmu yang tanpanya kita ga akan bisa belajar dan lulus sekolah. Kalo di perkuliahan, saya lebih suka memandang dosen sebagai teman dalam belajar, teman yang harus kita hormati dan serap ilmunya. Setua apapun dosen, saya lebih suka menempatkan mereka sebagai teman, mungkin teman yang lebih tua. Tentu saja saya tetap memandang mereka juga sebagai guru yang harus dihormati dan didoakan oleh sebab ilmu yang mereka ajarkan. Dengan cara memandang seperti itu, saya bisa belajar lebih nyaman dan menyenangkan.

Namun, nyatanya saya sadari tidak semua dosen bisa dijadiin teman. Ada dosen yang gaul sama mahasiswa, ada juga yang menutup diri dan menjaga jarak. Ada yang baik banget sampe-sampe gampang banget ngasih nilai, ada juga yang killer. Tapi yang lebih menarik lagi dari itu, yang saya garis bawahi di awal tulisan. Ternyata tidak semua dosen yang menyenangkan itu selamanya menyenangkan, dan ga semua dosen yang killer itu selamanya killer. Kalo saya buat batasan yang jelas, saya yakin Kamu juga pasti bisa mengamati hal tersebut. Batasan yang saya maksud adalah bagaimana cara mereka berinteraksi dengan mahasiswa, di luar dan di dalam kelas. Biar gampang, saya gambarkan ke dalam bentuk tabel kebenaran, dengan parameter A = asyik di dalam kelas dan B = asyik di luar kelas.

|-------------|
|   A  |   B  |
|-------------|
|   0  |   0  | tipe 1
|   0  |   1  | tipe 2
|   1  |   0  | tipe 3
|   1  |   1  | tipe 4
|-------------|

Ngerti ga? Kalo Kamu pernah belajar logika matematika atau logika informatika mestinya bisa ngerti. Atau gimana kalo saya gambarin dalam bentuk kuadran, seperti di bawah ini:

|-----------------------------------------------|
|                 |  ga asyik di  |   asyik di  |
|                 |  luar kelas   |  luar kelas |
|-----------------------------------------------|
|                 |               |             |
|   ga asyik di   |       1       |      2      |
|  dalam kelas    |               |             |
|                 |               |             |
|-----------------------------------------------|
|                 |               |             |
|    asyik di     |       3       |      4      |
|   dalam kelas   |               |             |
|                 |               |             |
|-----------------------------------------------|

Tipe 1 : Ga Asyik di Dalam Maupun di Luar Kelas

Kayaknya dosen begini sibuk sama urusannya sendiri. Mungkin dia punya banyak kesulitan dalam hidupnya yang membuatnya jangankan berinteraksi dengan mahasiswa di luar kelas, untuk fokus dan totalitas mengajar di dalam kelas pun udah kewalahan. Kalo tidak begitu, mungkin memang bawaan sifatnya seperti itu.

Tipe 2 : Ga asyik di Dalam Kelas tapi Asyik di Luar Kelas

Pasti pernah nemuin kan dosen kayak gini. Dia killer pas ngajar, atau mungkin bikin ngantuk karena ngajarnya pake metode khutbah jumat, atau alasan lain yang bikin kita ga asyik belajar di kelas, tapi kalo di luar kelas enak diajak ngobrol dan diskusi, bahkan ketawa-ketawa dan share game PC terbaru? :D

Tipe 3 : Asyik di Dalam Kelas, Tapi ga Asyik di Luar Kelas

Pernah ga nemuin dosen yang ngajarnya keren, suasana kelas terbangun, mahasiswa semarak menyambut celotehan dosen yang lucu dan cerdas, tapi kalo ketemu di luar kelas sikapnya dingin, kayak yang tidak mau berinteraksi dengan mahasiswa atau berinteraksi seadanya? Saya pribadi kalo ketemu dosen kayak gini saya lebih memilih menghindar dan ambil jalan memutar hahaha~

Tipe 4 : Asyik di Dalam dan di Luar Kelas

Whoaaa.. ini dosen keren abis. Dia mendedikasikan hidupnya muntuk mengajar dan mendidik mahasiswanya, karena sejatinya pendidikan tidak cukup hanya terjadi di dalam kelas saja. Dia dosen yang sadar betul akan profesinya. Dan mungkin juga karena memang bawaan sifatnya seperti itu. Bukan berarti dosen yang engga masuk kuadran 4 ini ga profesional atau ga berdedikasi. Cuma yang pasti tipe 4 inilah yang menjadi dambaan para mahasiswa ahay..

Sekali lagi saya katakan, terlepas oleh dosen bertipe berapapun kita diajar, kesuksesan perkuliahan ada di tangan kita sendiri sebagai mahasiswa. Jangan gara-gara dosennya ga asyik lantas kita jadi reaktif dan enggan kuliah. Kalo sampe kayak gitu, ingatlah, dosen itu akan tetap dengan kehidupannya, dan kita akan tetap dalam kerugian. Bagaimanapun dosen kita, kita sebagai pembelajar tetap punya kewajiban untuk menghormati ilmu dan ulama yang dalam hal ini dosen, kalo pengen belajarnya sukses dan barokah. Urusan sifat dosen yang buruk, bukankah setiap manusia tidak luput dari kesalahan?

Sebenernya pengen bahas juga bagaimana sifat mahasiswa dari kacamata dosen. Jangan salah, kalo kita sebagai mahasiswa kerap kali merasa terzhalimi oleh dosen, dosen juga katanya tidak jarang terzhalimi oleh mahasiswa, sering di-PHP-in lah, mahasiswa nyontek lah, dan sebagainya. Sayangnya saya tidak dalam kapasitas sebagai dosen atau pengajar. Mungkin suatu saat kalo ada kesempatan.

So, kalo Kamu jadi dosen atau guru nanti, mau jadi tipe berapa?? :D

2 komentar:

  1. gue suka dengan pernyataan "terkadang kita menyalahkan guru atas kegagalan belajar kita"

    BalasHapus
    Balasan
    1. serupa dengan "menyalahkan syaitan karena sudah menggoda kita untuk berbuat maksiat"

      Hapus

terima kasih sebelumnya untuk tanggapannya ^_^